The Dynamics of Shipping and Trade of Majene Port in Indonesian Archipelago, 1950s–1970s
Main Article Content
Abstract
This article discovered the turbulent dynamics of the Majene Port and its surrounding areas between the 1950s and the 1970s because of the seizure of the economic resources of the region by the army and guerrilla forces. The guerrillas who controlled the hinterland boycotted the flow of commodities to the army-dominated Majene Port. In response, the army fortified the city and its harbour to prevent infiltration. Army troops of Battalion 710 and the TBO imposed a trade monopoly through violence and caused suffering to people, displacing citizens from Parepare, Makassar and the islands of the Makassar Strait. Unlike other residents who were forced to leave Majene, two successful entrepreneurs, Pua Abu and Hajj Sikir, managed to overcome the constraining structures of these difficult times. As a survival strategy, the Mandar sailors and traders developed new shipping routes to the north by successfully smuggling. The present article’s elucidation of economic and political life in the port city of Majene, using a combination of archival and oral sources to reconstruct the local past, is expected to enrich the study of maritime history. Ultimately, the analysis of the obtained data revealed difficulties pertaining to regional and central interests.
Article Details

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
References
Abdul Rachman Tamma Archives, No. 482. 1965. Pidato sambutan A. Rachman Tamma pada upacara serah-terima djabatan kepala daerah tingkat II Madjene, 15 Mei. Makassar: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan.
Asba, A.R. 2007. Kopra Makassar perebutan pusat dan daerah: Kajian sejarah ekonomi politik regional di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Biro Pusat Statistik. 1980. Sensus penduduk 1961 (Penduduk desa Sulawesi dan Maluku). Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Studi Kependudukan, Universitas Gadjah Mada and Biro Pusat Statistik.
Bone Archives, No. 1551. 1958. Residen Koordinator Sulawesi Selatan: Surat tanggal 26 Februari, tentang pengawasan wilayah perairan Indonesia dan lingkungan maritim. Makassar: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan.
De Graaff, S. and Stibbe, D.G. 1918. Encyclopaedie van Nederlandsch-Indié. ‘s-Gravenhage: Martinus Nijhoff/Leiden: E.J. Brill.
Djalal, H. 1979. Perjuangan Indonesia di bidang hukum laut. Bandung: Binacipta.
Duta Pantjasila. 1959. Tjoretan hari ulang tahun Bn. 710. 19–20 July, 13–15.
Gonggong, A. 1992. Abdul Qahhar Mudzakkar: Dari patriot hingga pemberontak. Jakarta: Grasindo.
Hamid, A.R. 2016. Diwattu tallo be’na: Kenangan kolektif tentang penduduk Mandar pesisir tahun 1975. Depok: Universitas Indonesia.
_____. 2009. Qahhar mudzakkar mendirikan negara Islam? Makassar: Pustaka Refleksi.
Harvey, B.S. 1989. Pemberontakan kahar muzakkar: Dari tradisi ke DI/TII. Jakarta: Grafiti Press.
Lapian, A.B. 2008. Pelayaran dan perdagangan nusantara abad ke-16 dan 17. Depok: Komunitas Bambu.
Limbugau, D. 2000. Keterlibatan TNI dalam perdagangan di Sulawesi Selatan dari masa revolusi sampai tahun 1970an. In Dunia militer di Indonesia: keberadaan dan peran militer di Sulawesi, eds. E.L. Poelinggomang and S. Mappangara, 321–344. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
LNRI [Lembaran Negara Republik Indonesia]. 1957. Undang-undang keadaan bahaja. Djakarta: LNRI.
Marhaen. 1960. Selundup kopra Toli2 giat lagi: Tjuatja buruk, banter ditengah laut. 9 July.
_____. 1959a. Penjelundupan dari Sulawesi ditangkap. 1 August.
_____. 1959b. Gelombang pengungsi mengalir pulang di Mandar. 17 Oktober.
_____. 1959c. Penjakit malaria dan tjatjing tambah menular di Mandar. 16 November.
Mattalioe, M.B. 1994. Pemberontakan meniti jalur kanan. Jakarta: Grasindo.
PPS Archives (Pemerintah Provinsi Sulawesi Archives), No. 233. 1957. Laporan politik kepada Daerah Mandar 1953–1957. Makassar: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan.
PPS Archives, No. 359. 1950. Catatan sidang ke-25 dari panitia penjelundupan. Makassar: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan.
PS Archives (Provinsi Sulawesi Archives), No. 323. 1952. Kahar Muzakkar, dasar organisasi pemerintahan militer, 2 Juli. Makassar: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan.
PS Archives, No. 327. 1957. Piagam Makalua, ikrar gerombolan DI/TII. Makassar: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan.
PS Archives, No. 474. 1953–1955. Gubernur Sulawesi tentang Tentara Bn.702 dan 710 di Mandar. Makassar: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan.
Rahman, D.M. 1988. Puang dan Daeng: Kajian sistem nilai budaya orang Balanipa- Mandar. PhD diss., Universitas Hasanuddin.
Rais, M. 2008. Etika bisnis wirausaha Majene-Mandar. PhD diss., Universitas Hasanuddin.
Sewang, A.M. 2017. Autobiografi: Di mana ada kemauan di sana ada jalan. Makassar: Syahadah.
Soetanto, H. 2009. Merebut Polewali. Jakarta: Kata Hasta Pustaka.
Sulselra Archives (Sulawesi Selatan dan Tenggara Archives), No. 91. 1961–1964. Laporan harian kepala daerah tingkat II Madjene. Makassar: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan.
Toraja Archives, No. 1299. 1954. Surat syahbandar Donggala, 12 Maret. Makassar: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan.
Toraja Archives, No. 734. 1954. Surat komandan komando daerah militer Makassar, Mayor A.F. Langkai, 10 Maret, tentang penjelasan mengenai daerah perairan yang tertutup. Makassar: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan.
Toraja Archives, No. 871. 1952. Peraturan lalu-lintas keluar daerah tertutup. Makassar: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan.
Volkstelling. 1936. Volkstelling 1930 deel V (Inheemsche bevolking van borneo, celebes, de kleine soenda eilanden en de molukken). Batavia: Departement van Economische Zaken.
Zuhdi, S. 2017. Integrasi bangsa dalam bingkai keindonesiaan. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
_____. 2016. Cilacap 1830–1942: Bangkit dan runtuhnya suatu pelabuhan di Jawa. Yogyakarta: Ombak.
_____. 2014. Nasionalisme, laut, dan sejarah. Depok: Komunitas Bambu.